Sejarah Hasan bin Ali bin Abu Thallib Sang Penerus Ali bin Abu Thalib

Nama lengkap beliau adalah Abu Muhammad al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. bin Abdul muth Thalib bin Hasyim al-Qurasyi al-Hasyimi, cucu Rasulullah saw. putera dari puteri beliau Fathimah az-Zahra dan raihanah (kesayangan) beliau. Orang yang paling mirip wajahnya dengan beliau.
Ia Lahir pada pertengahan Ramadhan tahun 3 H. Rasulullah saw, mentahniknya dengan ludah beliau dan memberinya nama al-Hasan. Ia adalah putra tertua Ali bin Abi Thalib ra Rasulullah saw.

Sejarah Hasan bin Ali bin Abu Thallib Sang Penerus Ali bin Abu Thalib

Kekhalifahan Hasan bin Ali bin Abu Thalib

Setelah Ali bin Abu Thalib wafat ditikam oleh Ibnu Mujam, putera beliau yakni al-Hasan menshalati jenazah beliau karena ia adalah putera beliau yang tertua, lalu jenazah beliau dikebumikan. Orang pertama yang maju membai’at al-Hasan bin Ali adalah Qais bin Sa’ad bin Ubadah. Ia berkata kepadanya, “Ulurkanlah tanganmu, aku akan membai’atmu atas dasar Kitabullah dan Sunnah nabiNya .”

Hasan hanya terdiam saat Qais membai’atnya lalu diikuti oleh orang banyak setelahnya. Peristiwa itu terjadi pada hari wafatnya Ali bin Abi Thalib ra. Pada bulan Ramadhan tahun 40 H. Saat itu Qais bin Sa’ad adalah amir wilayah Adzerbaijan. Ia membawahi empat puluh ribu tentara. Mereka semua telah berbai’at untuk membela Ali sampai titik darah penghabisan. Setelah Ali bin Abi Thalib ra. wafat Qais bin Sa’ad mendorong al-Hasan agar berangkat memerangi penduduk Syam. Lalu al-Hasan menarik Qais dari Adzerbaijan, kemudian mengirim Ubaidullah bin Abbas sebagai penggantinya

al-Hasan berniat tidak ingin memerangi seorang pun. Akan tetapi Qais berhasil memaksakan pendapat mereka kepada beliau, Hasan bin Abu Thalib. Lalu berkumpullah pasukan dalam jumlah yang sangat besar yang belum pernah terkumpul sebanyak itu.

Al-Hasan menunjuk Qais bin Sa’ad sebagai panglima prajurit yang dikirim ke depan bersama dua belas ribu personil. Lalu beliau bergerak di belakangnya menuju negeri Syam untuk memerangi Mu’awiyah dan penduduk Syam.

Ketika melewati wilayah al-Madain beliau mengirim pasukan ke depan, sementara beliau menunggu di al-Madain dalam kamp militer di pusat kota al-Madain. Tiba-tiba ada seorang yang berteriak di tengah-tengah kerumunan manusia, “Celaka, Qais bin Sa’ad bin Ubadah telah ter-bunuh!” Pasukan menjadi kocar kacir, mereka saling serang satu sama lain. Hingga mereka menyerbu kemah al-Hasan. Mereka menarik secara paksa permadani yang dipakai duduk oleh al-Hasan dan sebagian dari mereka menikam beliau ketika sedang menaiki kendaraan hingga beliau cedera.

Al-Hasan sangat marah melihat sikap mereka itu. Beliau melarikan diri hingga tiba di istana putih di kota al-Madain. Beliau berlindung di sana dalam keadaan luka parah. Pada saat itu wakil beliau untuk kota al-Madain adalah Sa’adbin Mas’ud ats-Tsaqafi, saudara laki-laki Abu Ubaid panglima dan pahlawan perang Jisr di Iraq

Ketika al-Hasan berlindung dengan aman dalam istana, al-Mukhtar bin Abi Ubaid -semoga Allah SWT memburukkan dirinya- berkata kepada paman-nya, “Maukah engkau memperoleh kemuliaan dan kekayaan?” ” Apa itu?” Tanya Sa’ad. la berkata, “Ringkuslah al-Hasan bin Ali lalu rantailah dia dan bawalah ke hadapan Mu’awiyah!”

Sa’ad bin Mas’ud, pamannya, berkata kepadanya, “Semoga Allah SWT. memburukkan dirimu dan apa yang engkau katakan itu!Apakah kau kira aku mau mengkhianati cucu Rasulullah saw

PERDAMAIAN ANTARA AL-HASAN DENGAN MUAWIYAH

Saat melihat pasukan beliau tercerai berai al-Hasan bin Ali marah besar kepada mereka. Saat itu juga beliau menulis surat kepada Mu’awiyah yang pada waktu itu sudah berangkat bersama pasukan Syam dan singgah di tempat bernama Maskin 1127 yang isinya mengajak Mu’awiyah berdamai. Lalu Mu’awiyah mengutus Abdullah bin Amir dan Abdurrahman bin Samurah, untuk menemui al-Hasan. Keduanya berangkat ke Kufah dan menemui beliau.

Keduanya memberi harta yang beliau inginkan. Beliau mensyaratkan agar dibolehkan mengambil bagian sebesar lima juta dirham dari baitul mal Kufah dan mensyaratkan agar pajak wilayah Darabjard diserahkan kepada beliau. Dan beliau juga meminta agar tidak boleh seorang pun mencela Ali bin Abi Thalib ra. di depan beliau. Jika syarat-syarat itu dipenuhi maka beliau menyerahkan kepemimpinan kepada Mu’awiyah demi menyelamat-kan darah kaum muslimin.

Maka mereka pun menyepakati persyaratan tersebut. Dengan demikian bulatlah suara untuk Mu’awiyah. Dalam hal ini al-Husain mencela keputusan saudaranya itu, yakni al-Hasan. la tidak bisa menerima keputusan itu. Namun kebenaran berada di pihak al-Hasan Kemudian al-Hasan mengirim perintah kepada Qais bin Sa’ad selaku panglima prajurit agar mendengar dan patuh kepada Mu’awiyah. Menurut catatan yang masyhur, al-Hasan berbai’at kepada Mu’awiyah pada tahun 40 H. Oleh sebab itu tahun tersebut dinamakan tahun jama’ah. Karena suara kaum muslimin bulat untuk Mu’awiyah
 










































Advertisement

Subscribe to receive free email updates: