Islam Datang Membawa Kemerdekaan

Merdeka adalah suatu hal yang dibutuhkan manusia. Islam, sebagai agama fitrah mendukung penuh kemerdekaan. Islam tidak hanya memerdekakan manusia secara lahir, namun juga hati, jiwa, dan akalnya.

Dalam sejarah, Bangsa Persia dan Romawi tidak pernah menduduki Makkah, namun masyarakat Makkah dan sekitarnya diperbudak oleh keinginan batin. Kesyirikan membelenggu mereka dari fitrah. Akibatnya, akal mereka terpenjara. Mereka mengubur bayi perempuan hidup-hidup, menggantungkan harapan pada lotre dan judi, meminta kepada berhala, pergaulan bebas, peperangan antarsuku, riba, serta mendarah dagingnya tahayul.


Di Makkah itulah, Allah Mengutus Rasulullah dengan membawa Alquran untuk memerdekakan manusia sepenuhnya. Dakwah pertama Rasulullah bukanlah menyeru untuk merebut kekuasaan dari para pemuka Quraisy. Namun, lebih dahulu membebaskan kaumnya dari penjajahan fitrah, akal, dan jiwa dari berbagai kezaliman. 

Nabi Musa tidak menyeru kaumnya yang diperbudak untuk melakukan kudeta di Mesir demi meraih kemerdekaan dari Firaun yang zalim. 

Nabi Isa tatkala beliau diutus tidak mengajak para pengikutnya untuk melakukan perang fisik kepada kaisar Romawi demi meraih kemerdekaan lahiriah. 

Nabi Ibrahim juga tidak berusaha merebut singgasana Raja Namrud yang zalim.

Dakwah pertama dan utama seluruh nabi dan rasul selalu diawali dengan seruan untuk merdeka dari jeruji kesyirikan. "Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): 'Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu'," (QS an-Nahl: 36).

Ketika tauhid dan akidah telah tertancap di hati, para sahabat Nabi sejatinya telah meraih kemerdekaan hakiki meski secara lahir mereka masih terjajah. Mereka tenang dalam keimanan meski perut mereka seringkali kosong, harta mereka hangus dirampas, keluarga mereka tercerai berai, dan terusir dari kampung halaman mereka.

Dalam waktu kurang dari 100 tahun kaum Muslimin meraih rentetan kemenangan demi kemenangan. Berawal dari Fathul Makkah, kota dan negeri di timur dan barat terbebaskan. Padahal, pasukan Khulafaur Rasyidin awalnya terdiri atas orang badui pedalaman, minim pengalaman perang dan dengan perbekalannya seadanya. Keledai dan kuda mereka pun kurus-kurus.

Mereka relatif kurang terlatih, tidak memiliki organisasi militer sistematis dengan persenjataan lengkap sebagaimana pasukan Julius Caesar, Aleksander Agung, atau Hannibal Barca. Namun, dengan kekuatan akidah itulah mereka membuka jalan bagi munculnya kegemilangan peradaban Islam yang dibangun di atas tauhid, ilmu dan sains, keadilan, serta toleransi.

Semoga Allah merahmati dan meridhoi para pemimpin, para ulama, para santri, dan seluruh kaum Muslimin yang telah berjuang membebaskan Indonesia dari segala bentuk penjajahan baik lahir maupun batin, baik yang datang dari timur maupun barat, sejak dahulu hingga hari ini.
Advertisement

Subscribe to receive free email updates: